guruhugo.id
  • TERAS
  • CERITAKU
    • ADE 2015
    • Pemikiran
    • Workshops
  • JALINAN
    • Konsultasi
  • TERAS
  • CERITAKU
    • ADE 2015
    • Pemikiran
    • Workshops
  • JALINAN
    • Konsultasi

DALAM LINGKARAN PEMBELAJARAN DARING

4/23/2020

0 Comments

 
Picture
Ki Hajar Dewantara dengan semboyan pendidikannya yaitu “Ing ngarso sung tuladha”, “Ing madya mangun karsa”, dan “Tut wuri handayani” meletakkan satu kekuatan dalam pendidikan Indonesia. Secara harfiah  “Ing ngarso sung tuladha” dapat diartikan bahwa seorang pendidik - atau siapapun yang melakukan kegiatan mendidik - seyogyanya memberikan contoh di depan mereka yang dididik. Sementara “Ing madya mangun karsa” dilihat sebagai pendampingan kepada anak didik dalam proses belajar. Yang terakhir, “Tut wuri handayani” memberikan gagasan pendidik untuk mendorong dan menyemangati anak didik menjalankan keinginan baik mereka sebagai buah dari pendidikan yang didapat. Gagasan Beliau secara sederhana bisa diaplikasikan dalam situasi pandemik Covid-19. 

Situasi pandemik Covid-19 yang melanda dunia dan khususnya Indonesia membawa dampak bagi kita sebagai pekerja formal dan non-formal. Apakah kita semua siap? Memang harus diakui bahwa hampir semua sektor pekerjaan tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi situasi ini. Hal tersebut dapat dikatakan sangat wajar. Namun bukan berarti orang yang terlibat dalam semua lini sektor pekerjaan tidak bergerak untuk beradaptasi pun mereka yang bekerja di bidang pendidikan. 

Kebijakan work from home diterjemahkan dalam dunia pendidikan  menjadi learn from home atau belajar dari rumah dengan model pembelajaran online atau daring (dalam jaringan). Pemerintah sangat mendukung keberlangsungan pembelajaran siswa-siswi Indonesia sebagai amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pergerakan sosialisasi model belajar dari rumah cukup banyak menghiasi dunia sosial media sebagai salah satu upaya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Namun begitu, dengan segala upaya yang dilakukan, beberapa hal perlu diperhatikan. Beberapa hal tersebut adalah: kesiapan sekolah, kesiapan orangtua dan siswa, kesiapan jaringan pendukung pembelajaran daring dan kualitas pembelajaran yang disampaikan.

Kesiapan sekolah adalah penerjemahan dari bagaimana sekolah, dalam hal ini pimpinan sekolah dengan dinas pendidikan terkait dan para guru menerapkan kebijakan pembelajaran daring. Dapat dimaklumi ketika sekolah melihat ketuntasan kurikulum sebagai tolok ukur. Hal mendasar yang perlu disadari adalah berefleksi sebelum membuat kebijakan pembelajaran daring sebagai tanggapan atas situasi pandemik ini. Refleksi paling jujur adalah mengakui bahwa situasi ini tidak ideal bagi semua pihak. Mengapa begitu? Pembelajaran daring akan menjadi ideal ketika sekolah memang telah melaksanakannya dalam keseharian seperti banyak memberikan tugas secara online. Tapi, apakah begitu yang terjadi?

Berikutnya adalah kesiapan orangtua. Banyak opini yang menyatakan bahwa orangtua bisa membantu putra-putrinya di rumah dalam mengerjakan pembelajaran daring. Secara jujur, kesiapan, situasi dan kemampuan orang tua sangatlah bervariasi. Tidak semua orangtua bekerja dari rumah saat ini. Pun, apabila mereka bekerja dari rumah, prioritas orangtua akan lebih kepada pekerjaan mereka. Katakanlah ada orang tua yang bisa menyediakan waktu secara utuh, apakah mereka siap untuk menjadi tutor bagi anak-anaknya? Tingkat kemampuan dalam menanggapi instruksi terkandung dalam tugas yang diberikan oleh guru pun beragam. Mungkin para siswa siap dengan tugas-tugas yang diberikan, bagaimana dengan kesiapan orang tua mendampingi para buah hatinya? Hal-hal seperti itu bukanlah meragukan orang tua, melainkan memposisikan situasi yang memang tidak ideal.


Hal lainnya adalah kesiapan jaringan yang mendukung pembelajaran daring. Kesiapan jaringan ini bukan melulu melihat pada infrastruktur jaringan seluler dan internet, melainkan juga yang menuju kepada kesiapan gawai yang dimiliki oleh keluarga masing-masing. Kekuatan ekonomi setiap keluarga mencerminkan prioritas dalam mempersiapkan jaringan mendukung pembelajaran daring. Mereka yang tidak berlangganan layanan jaringan internet di rumah, tentunya akan mengandalkan paket data melalui gawai masing-masing. Belum tentu paket data menjadi prioritas dalam sebuah keluarga mengingat ada yang lebih penting daripada paket data saat ini: kesehatan dan keyakinan bahwa perut anak-anak mereka tidak berteriak kelaparan!

Dalam pembelajaran tatap muka di kelas, sangat memungkinkan bagi guru untuk membantu siswa yang kesulitan. Sementara dalam pembelajaran daring, ada jarak dan ketertundaan waktu dalam merespon tugas dan menanggapi tugas yang dikumpulkan. Sementara ada hal terpenting lainnya yang perlu diperhatikan: kualitas pembelajaran yang disampaikan secara online. Pembelajaran yang disampaikan secara daring, memerlukan guru untuk memberikan instruksi dengan sederhana, membuat desain pembelajaran secara backward design di mana ada contoh ekspektasi dari tugas. Setiap jenjang pendidikan akan mempunyai cara unik masing-masing dalam menjembatani instruksi dalam tugas untuk memastikan bahwa tugas dapat dipahami dan dikerjakan sesuai ekspektasi.
​

Kembali, situasi yang tidak ideal ini bukan menjadi ajang saling menuding ketidaksiapan. Di semua belahan dunia yang terdampak, para pendidik membuat jaringan untuk semakin memperbaiki kualitas pembelajaran daring dengan kemampuan yang dimiliki. Mereka yang memang hanya bisa mengandalkan Short Message Service (SMS) dan Multimedia Message Service (MMS) bisa juga tetap melakukan pembelajaran daring sama seperti mereka yang mendapatkan lokasi tempat tinggal dengan fasilitas internet memadai. Bertolong-tolonganlah adalah hal terbaik saat ini bagi para pendidik untuk tetap menjaga kualitas pembelajaran dan mental belajar para siswa. Saling mengerti bahwa setiap dari mereka yang bekerja mendapatkan dampak dari situasi pandemik ini akan mempermudah komunikasi.


Kembali mengaitkan dengan apa yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso sung tuladha” bahwa kita sewajarnya memberikan contoh bagaimana pendidikan bisa tetap disampaikan dalam situasi tidak ideal. Kemudian “ing madya mangun karso”, para pendidik dan orang tua dalam situasi ini tetap dengan keprihatinan yang ada terus mendampingi putra-putrinya untuk terus mempertahankan semangat belajar mereka. Di akhir ada “tut wuri handayani” yang terus mengingatkan untuk mendorong siswa-siswi bagi para guru dan putra-putrinya bagi orang tua untuk mencari keseimbangan dan kemandirian dalam situasi pembelajaran daring. Dalam ketidakidealan yang terjadi, tidak ada hal lain selain memelihara semangat pendidikan berkelanjutan dalam adaptasi pembelajaran daring!

salam pendidikan Indonesia!



​Hugo Indratno











0 Comments



Leave a Reply.