guruhugo.id
  • TERAS
  • CERITAKU
    • ADE 2015
    • Pemikiran
    • Workshops
  • TERAS
  • CERITAKU
    • ADE 2015
    • Pemikiran
    • Workshops

ORANGTUA ZAMAN SEKARANG

9/18/2018

0 Comments

 
Picture
“Ini dia kisah tentang anak manusia
Ayah Ibu sibuk semua
Cari harta siang dan malam
Anak dimanja dengan uang
Hingga terlupakan kasih sayang..”

(Hura-Hura ciptaan Adjie Soetama dan Chrisye, dinyanyikan oleh Chrisye dalam Album Nona Lisa)

Potongan lagu di atas mungkin masih banyak melekat pada mereka yang lahir di ujung tahun 70-an atau paruh 80-an. Lagu yang dibawakan oleh Chrisye di tahun 1986 itu saya rasa masih cukup relevan hingga saat ini.

Kalau dahulu orangtua sibuk sebatas cari harta siang dan malam, bagaimana dengan zaman ini? Sibuknya mungkin tidak hanya di luar rumah, tapi juga di dalam rumah. Perkembangan teknologi memungkinkan banyak orang untuk bekerja secara tidak sadar melebihi apa yang sewajarnya dilakukan. Kontrak kerja yang menyatakan bekerja dari pukul 08:00 hingga 16:00 menjadi berkepanjangan dengan adanya perkembangan teknologi olah dokumen dan pengiriman pesan instan. Maka tidak heran ketika selesai kerja, layanan pesan Whatsapp dan dokumen berbagi Google masih bermain di bola mata para orangtua ketika ada di rumah. Ah, penulis juga terkadang begitu. Sebuah keterpaksaan atau malah sebuah kecanduan? Atau pekerjaan sudah menjadi bagian dari keluarga, yaitu menjadi “anak emas” kita?

Seperti dua orang sekretaris yang saya wawancarai mengenai waktu yang dipakai untuk pekerjaan di luar jam kerja.
“Ada sih. Kebanyakan di group kecil sekretaris saja. Sekedar memastikan pekerjaan yang telah dikerjakan atau akan disiapkan buat besok”.
“Sedikit-sedikit ada, sih walau tidak urgent”.
Pegawai perusahaan lainnya yang saya wawancarai dengan pertanyaan yang sama menyatakan,
“Biasanya boss kirim request mendadak di luar jam kerja. Pertama kali saya lihat urgensinya. Tapi lama kelamaan boss maunya cepat ditindaklanjuti. Pernah dilimpahkan ke teman, jadi kesannya saya nggak kompeten gitu”.
Di satu pihak, saya menanyakan hal yang sama ke si Boss.
“Ya, gimana ya. Saya sebenarnya nggak enak juga minta mereka melakukan pekerjaan di luar jam kantor. Hanya memang permintaan kebanyakan berasal dari klien perusahaan, jadi sedapat mungkin kita lakukan demi kepuasan klien”.

Tidak dapat disalahkan juga apa yang dilakukan mereka di atas. Lalu saya menuju ke pertanyaan kedua yaitu apakah mereka mengerjakan pekerjaan di luar jam kantor saat bersama anak-anak.
Kedua sekretaris menyatakan hal senada, “ya, mau nggak mau sih. Maka sering saya bilang ke anak-anak buat tunggu saya sedang dimintai tolong kantor”.
“Berapa lama?” saya menyusulkan satu pertanyaan.
“Ya, terkadang 20 - 30 menit. Bisa lama kalau itu membutuhkan kirim dokumen, atau menelepon pihak-pihak lain”.
Sementara pegawai perusahan lainnya tadi, “Wah, tergantung permintaan. Terkadang saya hanya bisa selesaikan di depan komputer 30 menit. Namun ada kalanya saya harus pergi sekitar 2 jam buat bertemu dengan pihak-pihak terkait. Kasihan juga anak-anak. Untung ada isteri”.
Sementara, apa jawaban si Boss?
“Ya, saya punya traffic-nya banyak sekali. Hanya memang setelah saya limpahkan, sering saya cek progress via email atau WA”.
“Bisa konsentrasi ketika bersama anak-anak?” pertanyaan susulan dari saya.
“Hahahahaha….sebenarnya tidak juga. Tapi ada isteri juga”.

Wah, tulisan ini tidak akan berpanjang lebar. Hanya dua hal yang saya ingin garisbawahi yaitu:
  1. Orangtua masih berkutat dengan pekerjaan ketika bersama anak-anak. Memang sih, hasil dari pekerjaan itu untuk anak-anak. Nah, apakah ada cara lain yang bisa kita tempuh sebagai orangtua untuk tetap menunjukkan kasih sayang selepas jam kerja?
  2. Menarik sekali ketika ada dua pernyatan melibatkan “Ada Isteri”. Apakah semuanya mengenai anak-anak harus dilimpahkan kepada isteri? Bagaimana dengan isteri yang bekerja?

Jelas sekali bahwa tulisan ini bukan untuk membuat batas benar atau salah, melainkan untuk membuat kita semua sebagai orangtua lebih terbuka mata hatinya. Mata hati kita sebagai orangtua bekerja dengan memiliki anak-anak yang membutuhkan perhatian di saat kita sedang tidak bekerja. Pasti setiap keluarga ada cara masing-masing, bukan?

Salam pendidikan,



Hugo Indratno


0 Comments



Leave a Reply.

Powered by Create your own unique website with customizable templates.